Meta Hapus Program Pemeriksaan Fakta, Klaim Dorong Kebebasan Berpendapat di Platformnya
Raksasa media sosial Meta, yang menaungi platform-platform besar seperti Facebook dan Instagram, baru-baru ini mengumumkan penghentian program pemeriksaan fakta pihak ketiga di Amerika Serikat. Perusahaan mengklaim bahwa keputusan ini bertujuan untuk mendorong “lebih banyak kebebasan berpendapat” di platform mereka.
Langkah yang diumumkan pada hari Selasa ini datang di tengah perubahan besar di dunia media sosial, di mana Presiden AS terpilih Donald Trump dan banyak pendukung sayap kanan telah lama mengkritik moderasi konten daring sebagai bentuk penyensoran. Para pengkritik tersebut berpendapat bahwa platform besar seperti Meta terlalu membatasi diskusi dan perdebatan yang sah.
Perubahan Sistem: Dari Pemeriksaan Fakta ke "Catatan Komunitas"
Sebagai pengganti pemeriksaan fakta oleh pihak ketiga, Meta akan mengadopsi sistem “catatan komunitas”, mirip dengan yang diterapkan oleh platform X (dulu Twitter). Di sistem ini, kontributor dapat memberikan koreksi fakta terhadap unggahan, yang hanya dapat terlihat setelah disetujui oleh kontributor lain yang memiliki sudut pandang berbeda.
Joel Kaplan, Kepala Urusan Global Meta, menjelaskan bahwa sistem pemeriksaan fakta yang diterapkan sejak 2016 awalnya bertujuan untuk melibatkan para ahli independen guna memberikan informasi yang lebih akurat dan menangkal berita palsu yang tersebar luas. Namun, ia mengakui bahwa hal tersebut tidak berjalan sesuai rencana.
"Sistem kami berakhir dengan terlalu banyak konten yang diperiksa faktanya, hingga orang-orang mulai melihatnya sebagai penyensoran terhadap pidato dan perdebatan politik yang sah," kata Kaplan. "Program yang dimaksudkan untuk memberikan informasi akhirnya menjadi alat untuk membungkam opini."
Meta juga menyatakan akan menghapus pembatasan terhadap konten politik yang kontroversial, termasuk topik-topik seperti imigrasi dan identitas gender. Kaplan menambahkan, "Tidak ada alasan mengapa sesuatu yang dapat dikatakan di TV atau di gedung Kongres tidak dapat dibicarakan di platform kami." Perubahan ini diharapkan akan mulai diterapkan dalam beberapa minggu ke depan.
Zuckerberg: Perpindahan Tim Moderasi dan Pengurangan Filter Konten
Dalam pesan video terpisah, Mark Zuckerberg, CEO Meta, mengungkapkan bahwa perusahaan akan memindahkan tim moderasi kontennya dari California yang cenderung liberal ke Texas, negara bagian yang lebih condong ke Partai Republik. "Saya pikir ini akan membantu kita membangun kepercayaan, terutama di tempat-tempat yang tidak terlalu mengkhawatirkan bias tim kita," ujar Zuckerberg.
Zuckerberg juga mengonfirmasi bahwa Meta akan melonggarkan filter moderasi dan meningkatkan standar penghapusan unggahan, meski ini berarti perusahaan akan menangkap lebih sedikit unggahan negatif. "Kenyataannya adalah, ini adalah pengorbanan," ujar Zuckerberg. "Kami akan menangkap lebih sedikit hal buruk, tetapi kami juga akan mengurangi jumlah posting dan akun yang tidak bersalah yang tidak sengaja kami hapus."
Setelah pengumuman tersebut, Donald Trump memuji Zuckerberg dan Meta dalam sebuah konferensi pers di Mar-a-Lago, resor miliknya di Florida. “Saya pikir mereka telah menempuh perjalanan panjang,” kata Trump tentang Zuckerberg dan Meta. Ketika ditanya apakah keputusan itu terkait dengan ancaman Trump sebelumnya terhadap perusahaan media sosial, Trump menjawab singkat: "Mungkin."
Kontroversi Seputar Hak Asasi Manusia dan Palestina
Meskipun perdebatan mengenai moderasi konten di AS sering berfokus pada isu domestik seperti COVID-19 dan campur tangan pemilu, kelompok-kelompok hak asasi manusia, khususnya yang mendukung Palestina, telah lama menuduh Meta melakukan penyensoran terhadap suara-suara yang mendukung hak-hak Palestina.
Pada tahun 2023, Human Rights Watch merilis laporan yang menuduh Meta “membungkam suara-suara yang mendukung Palestina dan hak asasi manusia Palestina”. Laporan tersebut mendokumentasikan lebih dari 1.000 penghapusan unggahan yang dianggap “diblokir secara tidak semestinya” antara Oktober dan November 2023.
bersumber dari aljazeera.com
0 Komentar